Ujian terbesar yang menimpa kaum Muslimin adalah rakus terhadap harta. Manusia kelas bawah hingga kelas atas denyut jantungnya tidak lepas dari harta. Di sisi lain, ada orang yang berbau surga, merekalah orang yang qana’ah. Apa hakekat qana’ah? Bagaimana kiat mendapatkannya?
Oleh Ustadz Zainal Abidin, Lc
Persaingan hidup semakin tidak sehat. Seakan hukum rimba-lah yang berlaku dalam kehidupan ini—siapa kuat, dia berkuasa. Begitu pula dalam dunia bisnis—tidak kenal lagi halal dan haram; persaingan pun dengan menghalalkan segala cara, untuk mengeruk keuntungan dan menang bersaing. Tamak, serakah dan sedikit rasa puas telah dijadikan tabiat manusia. Rasulullah bersabda:
“Jika anak Adam memiliki dua buah lembah emas, tentu ia akan mencari yang ketiga. Tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam selain tanah.”—Muttafaqun ‘alaih
Ka’ab bekata kebada Abdullah bin Salam: “Kenapa ilmu-ilmu bisa hilang dari hati para ulama, setelah mereka menghafal dan memahaminya? Ia menjawab, ”Ketamakan, kejahatan nafsu dan meminta apa yang menjadi kebutuhannya kepada sesama manusia.”
Maksud dari perkataan Ka’ab tersebut adalah seseorang yang tamak untuk mendapatkan apa yang diburu akan menghilangkan agamanya. Keinginan nafsu kepada sesuatu melenyapkan keinginaannya kepada selainnya. Jika keinginan nafsu itu dipenuhi akan melubangi dan mencolok hidung dan menyetir ke mana saja yang dikehendakinya. Selanjutnya akan menguasai jiwa untuk mengorbakan segalanya untuk memenuhi keinginan nafsunya.
Mengendalikan nafsu yang telah dipenuhi dengan sifat tamak, rakus dan tidak pernah merasa puas hanya bisa dilakukan dengan sikap qana’ah (merasa puas atas pemberian Allah). Sifat qana’ah memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia di dalam Islam. Rasulullah bersabda:
“Jadilah orang yang wara’ niscaya engkau akan menjadi ahli ibadah, dan jadilah engkau orang yang selalu merasa puas niscaya engkau akan menjadi manusia yang banyak bersyukur.”—Ditakhrij Al Baihaqi dan dishahihkan Al Albani
Bagaimana cara agar bisa qana’ah?
Ibnu Qudamah berkata: tiga hal yang bisa membuat hati menjadi qana’ah, yaitu sabar, ilmu dan amal. Ada lima hal yang bisa membuat manusia merasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya:
Pertama, sederhana dalam kehidupan dan lembut dalam berinfak
Barangsiapa yang ingin merasa puas menjalani kehidupan, ia harus menutup nafsunya dari hal-hal yang melebihi kebutuhanya. Tidak mengikuti gaya hidup orang kafir yang melelahkan jiwa. Sederhana dalam makan, pakaian dan tempat tinggal, walaupun harta melimpah. Di samping itu, dia senantiasa menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga hal yang menyelamatkan: takut kepada Allah ketika sendirian atau di tengah banyak orang, mengambil sikap terbaik ketika kaya atau miskin, dan adil ketika sedang ridha dan murka.”—diriwayatkan Abu Asy-Syaikh dan Ath-Thabrani; dihasankan oleh Albani
Maksud mengambil sikap terbaik ketika kaya adalah berusaha untuk selalu bersyukur, tidak berlebihan, dan menjalankan kewajiban harta. Sedangkan bentuk sikap terbaik ketika miskin adalah ridha terhadap takdir Allah dan berusaha untuk sabar.
Kedua, tidak takut dengan masa depan
Jika telah mendapatkan kemudahan dengan kecukupan, tidak perlu terlalu goncang karena menghadapi masa yang akan datang. Karena rasa takut menghadapi masa datang dan rezekinya akan berkurang adalah angan-angan yang dihembuskan setan dengan kefakiran, sementara Allah akan mencukupkan rezekinya sempurna sebelum mencabut nyawa hambanya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallu alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Jibril membisikkan dalam hatiku bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga sempurna ajalnya dan menghabiskan jatah rezekinya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah dalam mencarinya. Jangan sekali-kali lambatnya rezeki datang kepadamu
menjadikanmu mencari rezeki dengan cara maksiat kepada Allah. Karena rezeki yang halal dari Allah tidak akan bisa didapatkan kecuali dengan ketaatan kepadanya-Nya’.—diriwayatkan Al-Bazzat dan Abu Na’im; dishahihkan oleh Albani
Ketiga, menyadari bahwa sifat qanaah merupakan kebanggaan diri, dengan merasa cukup terhadap semua pemberian Allah. Sedangkan ketamakan dan kerakusan merupakan kehinaan.
Perasaan itu berupa kesabaran ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan harta yang melebihi kebutuhan, disertai harapan untuk mendapatkan pahala akherat. Barangsiapa yang kebanggaan terhadap harta telah menguasai hatinya berarti dia orang yang lemah akal dan kurang iman.
Keempat, merenungkan akhir kehidupan orang kafir dan meneladani kehidupan para nabi serta orang-orang shalih.
Akhir kehidupan orang-orang kafir, walaupun dia telah menguasai perekonomian dunia, namun mereka dalam kehinaan dunia dan akherat. Sebaliknya, kehidupan para nabi dan orang–orang shalih, mereka berada dalam kemulian dan di akherat mereka mendapat kebahagiaan.
Kelima, memahami bahwa menimbun harta merupakan tindakan berbahaya.
Hal-hal yang bisa menumbuhkan rasa puas terhadap pemberian Allah.
Di antara sebab untuk menumbuhkan sikap qanaah adalah:
- Menyibukkan diri dengan ibadah dan ketaatan, serta membersihkan hati dari keinginan untuk mendapatkan penghormatan. Rasulullah bersabda: Rabbmu berfirman,’Wahai anak Adam! Khususkan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku penuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dariKu, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan.”—HR Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albani.
- Selalu merenungkan banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan padakita meskipun kita masih dalam kondisi miskin. Allah berfirman, yang artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu meng-‘hingga’-kannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”—QS Ibrahim: 34
- Berusaha mengalahkan nafsu untuk tidak meminta-minta dan tidak mengharapkan harta dari Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berusaha menjaga dirinya, Allah akan menjadikannya mampu menjaga kehormatannya. Barangsiapa yang merasa cukup, Allah akan menjadikannya orang yang berkecukupan.—Muttafaqun’alaih
- Banyak berdoa, memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Karena Allah memerintahkan hambaNya untuk selalu berdoa dan Dia telah berjanji akan mengabulkannya. Keterikatan hati yang hanya kepada Allah akan memutuskan harapan terhadap harta di tangan orang lain.
Pembaca yang budiman, qana’ah bukan berarti tidak mau bekerja atau mengembangkan usaha yang ada. Akan tetapi qana’ah adalah merasa ridha dan puas dengan pembagian Allah. Umar bin Khathab berkata,
“Sesungguhnya tamak adalah kefakiran, dan sesungguhnya tidak butuh kepada orang lain adalah kekayan. Karena itu, orang yang sejatinya kaya adalah orang yang tidak mengharapkan apa yang ada ditangan orang lain.*
Pull quote:
- Jadilah orang yang wara’ niscaya engkau akan menjadi ahli ibadah, dan jadilah engkau orang yang selalu merasa puas niscaya engkau akan menjadi manusia yang banyak bersyukur.
- Ttiga hal yang menyelamatkan: takut kepada Allah ketika sendirian atau di tengah banyak orang, mengambil sikap terbaik ketika kaya atau miskin, dan adil ketika sedang ridha dan murka.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK